Selasa, 23 Oktober 2012

Pamali dan Kasipalli

Pamali; pa-ma-li. Semacam pantangan, bila dilanggar akan memberi dampak kurang baik bagi si pelanggar pamali.

Pantangan atau pamali ini sering sulit dicari sebab logisnya atau korelasi (hubungan sebab-akibat) antara pantangan dan akibat melanggar pantangan. Contohnya: anak gadis atau pemuda bujang jangan suka duduk depan pintu, nanti seret jodoh.

Kasipalli; ka-si-pal-li. Ini juga sejenis pantangan yang lebih mirip larangan, bila dilanggar diyakini akan membawa musibah bagi si pelanggar. Contohnya; bila sebelum keluar rumah tiba-tiba ada seorang anggota rumah yang mengajak makan, sebaiknya tunda dulu keluar rumah, penuhi panggilan makan atau sekedar mengambil dan mengunyah sedikit nasi atau lauk. Contoh lain penentuan hari baik dan buruk untuk berlayar, kenduri, hajatan dan lain-lain

Walau sebagian besar pamali dan kasipalli  sebab dan akibatnya bila dilanggar agak sulit dicari hubungan "logis" nya dimana. Pajolloro cuma bisa melihat pamali dan kasipalli salah satu bentuk "kearifan lokal" yang juga mulai luntur.

Menurut orang tua bijak yang pernah ditemui pajolloro, kearifan lokal suku bugis-makassar termasuk pamali dan kasipalli ini didasarkan kepada pengetahuan empirik, mitos dan kemampuan berharmonisasi dengan alam semesta. Walau kadang akibat melanggar pantangan tidak logis, namun apa yang dipantangkan biasanya memang bukan hal yang terpuji.

Pasikko' Aya'

Pasikko' Aya'; pa-sik-kok a-yak. Pasikko'  artinya pengikat; Aya' artinya pinggang. Biasanya dari benang berwarna hitam atau merah, terikat sesuatu sebesar kelereng dalam kain, diikat melingkari pinggang, atau jadi kalung. Biasa dipakai pada anak-anak balita jaman dulu.

Jaman pajolloro' masih kanak-kanak saat bermain-main dengan teman-teman dari balang (balang = rawa-rawa) di belakang rumah dekat got besar (kanal) suka heran dan bertanya pada kawan main yang kebetulan memakai pasikko' aya' , "Itu untuk apa?" Ada yang menjawab ini obat, ada juga yang menjawab ini biar setan yang suka menyembunyikan anak kecil takut pada mereka. Setelah dewasa, pajolloro' ketemu orang dewasa yang juga masih pakai pasikko' aya'. Supaya kebal dari senjata tajam katanya.

Akhirnya selepas kuliah, urusan pekerjaan di pulau Kondobali di gugusan kepulauan Selayar, ketemu orang tua bijak yang bisa menjelaskan sisi logis dari bungkusan kain di pasikko' aya'.

Katanya, walau bungkusan kain di pasikko' aya' hanya diisi kerikil atau tai ayam kering sekalipun, namun bila si pemakai bulat keyakinannya bahwa itu jimat yang akan membuatnya kebal, maka ia akan kebal. Bila kain itu diisinya dengan kulau bassi (mustika besi untuk kekebalan) betulan, si pemakai tetap tidak akan kebal bila tidak yakin.